Berinus.com, Makassar – Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Sulawesi Selatan menganggapi tulisan opini dinamikan internal PMII Sulawesi Selatan. Tulisan itu mengaitkan hikayat Arung Palakka dengan Sultan Hasanuddin.
Tulisan itu berjudul “Mencari Pahlawan, Merawat Kehormatan PMII Sulsel: Hikayat Generasi Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin yang Dipencundangi”.
Ahmad Sirajul Munir Ketua PKC PMII Sulsel megatakan permasalahan yang di alami 4 cabang tidak di keluarkannya Surat Keputusan (SK) kepengurusan oleh PB PMII.
“Tiga cabang diturunkan statusnya sebagai Cabang Persiapan, yaitu Bone, Palopo dan Gowa. Sementara Cabang Bantaeng dibekukan. Karena permasalahan ini dinarasikan dengan mengaitkannya dengan hikayat dua pahlawan dari Sulsel,” ujarnya.
“Padahal, permasalahan yang di alami keempat cabang tersebut adalah ulah dari para pengurus internal sendiri, salah satunya tidak di laksanakannya Konfercab Luar Biasa (KLB) oleh pengurus caretaker,” lanjut Ahmad sapaan akrabnya.
Ahmad membeberkan cabang Bantaeng di bekukan dengan alasan tidak memiliki basis kampus pada priode 2014-2016.
“Jadi kelirulah kalau dikatakan periode hari ini yang membekukan cabang Bantaeng karena saat verifikasi oleh PB PMII periode lalu, saya ada dan mengawal tim dari PB PMII,” ungkapnya.
“Tiga lainnya Bone, Palopo, dan Gowa itu status carateker seperti halnya Cabang Maros dan Barru. Namun proses di Maros dan Barru, alhamdulillah tidak ada masalah karena mengikuti semua mekanisme untuk pelaksanaan KLB sesuai petunjuk dari Tim Carataker,” jelasnya.
Ahmad mengatakan SK carateker itu sudah di perpanjang tiga kali tapi Bone, Palopo dan Gowa tidak mengikuti mekanisme untuk melaksanakan KLB sesuai intruksi dari Tim Carateker.
“Kami sampai melaksanakan 3 kali PKL untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin di setiap cabang dan termasuk cabang di carataker merekomendasikan peserta dari semua yang di carataker ini. Dengan harapan setelah PKL segera melaksanakan KLB tetapi tak kunjung di laksanakan dan di ujung seperti ini ketika sudah ada hasil Pleno PB PMII penurunan status cabang baru ngotot untuk mengikuti mekanisme KLB,” terangnya.
“Saya dan tim carataker sudah mengunjungi semua cabang ini. Jadi tidak benar adanya ketika ada persoalan seperti menyudutkan sahabat Muhammad Syarif Hidayatullah dan kami di PKC maupun PB PMII,” tegas Ahmad.
“PMII merupakan organisasi yang memiliki aturan main. Saya paham betul apa yang terjadi terkait polemik yang ada. Bagaimana tidak, cabang yang telah di caretaker tidak mau melaksanakan KLB sesuai mekanisme yang ada, lantas tiba-tiba mempertanyakan SK,” ungkapnya.
Soal mengaitkan masalah KLB dengan dua hikayat pahlawan, Ahmad mengutarakan tulisan itu merupakan pemahaman yang salah dan sejarah pahlawan untuk di jadikan pembekajaran berharga bagi generai selanjutnya.
“Bukan untuk disanding-sandingkan atau dicocoklogikan dengan dinamika yang tidak ada kaitannya sama sekali, apalagi sampai mempolitisasi hikayat tersebut. Tentu ini sangat tidak etis dan bisa mencederai nilai-nilai historis,” jelasnya.
Ia pun putra asal Bone, leluhurnya pun bukan orang sembarangan. La Patau Matanna Tikka Matinroe ri Nagauleng yang menikah dengan We Ummung Datu Larompong masih leluhurnya.
“Saya juga masih turunan dari Sayyid Ahmad Puang Cambolong yang menikah dengan salah satu Putri La Temmassonge Toappawali Sultan Abdul Razak Matinroe Ri Mallimongeng dan melahirkan anak Sayyid Muhammad Nuruddin Petta Muntung yang di makamkan di Simpang Tiga Pelabuhan Bajoe,” Saya tidak pernah diajarkan untuk menjatuhkan sesorang dengan cara – cara yang tidak etis ungkapnya.
“Jadi janganlah kita terlalu naif mau mengaitkan persoalan ini sampai membawa hikayat-hikayat pendahulu kita. Perjuangan para pendahulu kita penuh kehormatan dan menjunjung tinggi yang namanya etika serta menegakkan hukum yang berlaku,” tegasnya.
“Siapapun dia kalau tidak sesuai aturan harus diberikan sanksi. Kalau mau dikaitkan yang hari ini mengklaim diri sebagai Ketua PC PMII GOWA Pangeran Mahmud Arsyadi adalah Adik kandung saya. Kalau mau dikaitkan dengan adat sekalipun dia adik kandungku, hukum akan tetap berlaku,” tegas Ahmad.
Ahmad pun mengingatkan orang Bugis-Makassar harusnya mengedepankan Taro Ada Taro Gau dengan menjaga etika dan bukan membangun narasi seolah ia paling bersih sampai-sampai membawa-bawa pahlawan untuk masalah internal PMII Sulsel.
“Terkait masalah yang dihadapi keempat Cabang tersebut, PMII Sulsel hari ini sudah bijak dalam proses penyelesaian polemik di internal PMII itu sendiri sebagai jembatan dari PB PMII dengan melakukan langkah-langkah organisasi. Jadi, jangan salah paham dengan paham yang salah,” tutupnya.